TUGAS FILOLOGI
IDENTIFIKASI LONTAR GAGURITAN DEWASA

Nama :
I Komang Budi Antara
Nim :10.1.1.7.1.3638
Kelas : A
Semester : VI
FAKULTAS DHARMA ACARYA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SATRA
AGAMA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI
DENPASAR
2013
KATA PENGANTAR
Om Suastyastu,
Atas asung kertha wara nugaran Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang
Maha Esa, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini tepat pada waktunya,
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah “Filologi”.
Mengingat penyusunan karya tulis ini masih belum sempurna,
untuk itu kritik dan saran yang bersifat konstuktif atau membangun sangat
penulis harapkan demi sempurnya paper ini. Akhir kata penulis ucapkan terima
kasih dan mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan di hati
pembaca. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua.
Om,
Santih, Santih, Santih, Om.
6
Maret 2013,
Penulis
![]() |
DAFTAR ISI
COVER......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang....................................................................... 1
1.2
Rumusan
Masalah.................................................................. 2
1.3
Tujuan
Penelitan ................................................................... 2
1.4
Manfaat Penelitian................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Lontar.................................................................. 3
2.2
Identifikasi
Lontar Gaguritan Dewasa.................................. 3
2.3
Persamaan
dan Perbedaan Lontar Gaguritan Dewasa di Pusat Dokumentasi Denpasar Dengan
Fakultas Sastra UNUD.......................................................... 9
BAB III PENUTUP
3.1
Simpula................................................................................. 11
3.2
Saran..................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Filologi merupakan imlu yang mempelajari
naskah lama atau zaman dulu yang mengandung nilai kehidupan bagi masyarakat. Sesuatu
yang akan menjadi suatu objek di dalam kajian filologi tidak akan terlepas dari
teks ataupun naskah-naskah yang dipandang sebagai suatu hasil dari budaya yang
merupakan karya-karya cipta sastra. Dimana naskah-naskah ataupun teks-teks yang
menjadi obyek kajian ini dipandang sebagai suatu cipta sastra, dikarenakan teks
yang terdapat di dalam naskah suatu karya sastra ini merupakan suatu keutuhan
yang mengungkapkan suatu pesan atau filsafat. Naskah merupakan tempat atau
sarana yang digunakan untuk menuliskan teks, dapat berupa buku, lontar, kertas,
dan kulit kayu. Sedangkan teks merupakan isi atau kandungan atau muatan naskah
yang bersifat abstrak yaitu hanya dapat dibayangkan saja yang merupakan ide-ide
yang ingin disampaikan oleh pengaranng.
Beranjak dari ilmu filologi yang
merupakan ilmu yang berhubungan dengan karya masa lampau yang berupa tulisan,
yang mana di dalamnya terkandung nilai-nilai yang masih relevan dengan masa
kini, menjadikan ilmu ini menarik untuk dipelajari agar nantinya dengan
berbekal ilmu filologi ini kita dapat mengidentifikasi suatu naskah baik berupa
lontar, prasasti ataupun bentuk lainnya, untuk dicermati nilai-nilai sosial
yang positif yang terdapat di dalam naskah-naskah tersebut untuk dijadikan
pedoman hidup bermasyarakat. Adapun lontar yang diidentifikasi adalah salah
satu lontar yang berguna untuk dijadikan pedoman oleh masyarakat hindu di Bali
pada khususnya yaitu mengenai hari baik atau hari buruk untuk memulai suatu
pekerjaan yang mana di Bali lumrah disebut ala
ayuning dewasa yang terdapat di dalam lontar “Gaguritan Dewasa” yang di
dalamnya menguraikan hari baik dan buruk bagi suatu pekerjaan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan atas latar belakang di atas,
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah
yang dimaksud dengan lontar?
2. Bagaimanakah
identifikasi lontar Gaguritan Dewasa
yang ada di Pusdok dengan lontar Gaguritan
Dewasa yang ada di fakultas sastra Universitas Udayana?
3. Adakah
persamaan dan perbedaan lontar
Gaguritan Dewasa yang ada di
Pusdok dengan Gaguritan Dewasa yang ada di
fakultas sastra Universitas Udayana?
1.3
Tujuan
Penelitian
Adapun tujuan identifikasi lontar ini yang ingin dicapai adalah sebagai
berikut:
1.3.1
Tujuan Umum
Secara
umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat lontar Gaguritan Dewasa dalam
kehidupan masyarakat Hindu khususnya yang ada di Bali. Guna menambah wawasan
dan informasi mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam naskah Gaguritan Dewasa.
1.3.2 Tujuan
Khusus
Secara
khusus tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui perbedaan lontar Gaguritan Dewasa yang ada
di Pusdok dengan lontar Gaguritan
Dewasa yang ada di fakultas sastra Universitas Udayana.
1.4
Manfaat
Penelitian
1.4.1
Secara teoritis temuan
penulisan ini dapat memberikan sumbangan keilmuan bagi pengembangan/penyusun
pembelajaran Filologi.
1.4.2
Bermanfaat sebagai bahan kajian bagi
pihak lain yang berminat untuk meneliti permasalahan ini lebih lanjut.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Lontar
Kata lontar dalam bahasa Jawa disebut
ron tal, "daun tal". Istilah “lontar” itu sendiri pada dasarnya
berasal mula dari “ron-tal” yang merupakan daun pohon ental. Istilah lontar itu sendiri di Bali digunakan
untuk menyebut naskah yang terbilamg tua yang merupakan peninggalan budaya, di
samping naskah-naskah yang tertulis pada kulit kayu, lempengan tembaga,
perunggu dan benda lainya. Namun sekarang ini yang biasa disebut dengan
“lontar” adalah daun ntal yang sudah berisi tulisan berbagai masalah atau
cerita yang penting dan banyak mengandung nilai-nilai sosial ataupun keagamaan.
2.2 Identifikasi Lontar
2.2.1 Identifiksi
Naskah Lontar I
Judul
naskah :
Gaguritan Dewasa
Nomor
naskah : G / V / 6
/DOKBUD
Tempat
penyimpanan naskah : Pusat Dokumentasi
Denpasar
Asal
naskah : Grya
Pakarangan, Bdkling
Keadaan
naskah : Masih baik
Ukuran
naskah : Panjang 35
cm, lebar 3,5 cm
Tebal
naskah : 26 halaman,
27 lembar (lontar terakhir setengah isi)
Huruf,
aksara, tulisan : Bundar
Ukuran
huruf : Sedang
Bentuk
huruf : Bulat
tegak
Cara
penulisan : Pada
lontar pertama judul geguritan kemudian pada lembar lontar kedua baru dimulai
isi lontar, serta pada lembar lontar terakhir tidak terisi penuh. Penulisannya
terurut dari kiri ke kanan serta satu lembar lontar secara keseluruhan hampir
terisi tulisan di kedua sisinya.
Bahan
naskah : Lontar
Bahasa
naskah : Bahasa Kawi
Bali
Bentuk
teks : Gaguritan
Identitas
pengarang : Ida Made Ageng
Manfaat naskah : Untuk mengetahui dewasa ayu untuk melakukan
kegiatan atau memulai suatu pekerjaan. Dimana dengan mengetahui hari baik atau
hari buruk dalam memulai suatu kegiatan, nantinya akan bermanfaat bagi
masyarakat untuk memperhitungkan atau mencari dewasa yang baik untuk kegiatan yang akan dimulai. Sehingga
mendatangkan suatu berkah yang diharapkan.
Ringkasan
lontar : Gaguritan
dewasa ini ditembangkan dengan pupuh pangkur yang isinya secara ringkas adalah
sebagai berikut:
Ring ajeng lontar gaguritan dewasa puniki
nyobiahang parindikan pamungkah sane katembangang antuk pupuh pangkur. Yening
artos antuk basa bali pamungkah pupuh puniki mateges sekadi:
“wenten
sane patut kaanggen paisengan
Anggen
gagendingan kasambilang muruk nulis
Sakewanten
kasep gumantine jati titian
Subane
tua kuang pedas paninggalane lamur
Malih
ngetor patigabag wiakti
Samben
kawentenane tan sida mangelingin”
Nanging
daging Lontar geguritan dewasa puniki maosang indik dewasa ayu rikalaning iraga
jagi nyumunin ngambil geginan. Ring lontar puniki wenten kabaos dina sane
nenten patut nggambil pakaryan ngraabin inggih punika mawasta gnirwana. Ring
dinane puniki taler kasengguh nenten dados mamula ring carik utawi tegal, krana
akeh pacing nenten purun ngamargiang utawi ngasilang. Punika pakeling saking
dresta kuna.
Ring lontar puniki taler kawedarang
indik dewasa ngawitin ngawinih, irika patutnyane ngitungin sane mawasta sad
wara. Ring sad wara nemonin tungleh kabaosang becik nandur katimun, rikalaning
nemonin aryang nandur saluiring palawija sane becik, yening sad wara nemonin
urukung becik nandur kasumba, paniron dina becik matajuk, yening maulu nandur
pari sane melah.
Lima
kalimat awal :
Ong
Awighnamastu tatastu astu namasidyi
Pangkur.
- Ada anggon paisengan,
gending-gending, sambil muruk manulis, anghing kasep jati tuhu, suba tua
babuyutan, kuang kedas, matane turing lamur, mangetor patigabag, samben
tong sida ngingetin.
- Bane liu pelih pasang, len
magantung, sastra bandhung maketig, ulu sukune twah langsut, katah
mangorek timpalnya, tedung taling, saru baanya makidung, ngonek sastra
maadukan, tatasang hya besik-besik.
- Ingerang munyi di sastra,
yennya pelih, koang buin balikin, nyandhang pindoin ping telu, eda takut
kasalahang, kedekin mabudhi bias, makidhung, pakuatin manakonang, teken
anake ne ririh.
- Dulurin baan munyi santa, da
babeki, keneh apang astiti, pangajah miwah pitutur, ane nyandang
karesepang, to ulanin, ane ngicen pamitutur, anghing da papak linguang,
munyi liu plajahin.
- Itung-itungang petpetreng,
jroning hati, masih edha mbaang mampir, lemeng lemah tuahnya ditu,
sastrane to anggon tungguan, da ngimpasin, gulik anggon tungtung tutur,
cening ne mawak menak, sing pisan dadi kelidin.
Lima
kalimat akhir :
- Ngamimitin sarajja karya
kasidan, dite balane cening, kala angin baran, sampi melah urukang, dadi
becate tan sipi, enggal olihnya, matekap lamun gati.
- Ambul kene sida bapa
midartjayang, kewala cening jati, resep madingehang, tutur bapa sakibeksa,
kirang tatwa saking wiakti, mung bantas milwa, bareng milu mangramanin.
- Puput sinurat ring rahina, ca,
u, wara pujiut, titi, pang, ping 10, sasih 10, rah, 1, teng 1, isaka 1911.
- Kang manyurat Ida Made Ageng,
saking Buddha Kling, griya pkarangan, jinapit pande, jinapit telwah,
kulwaningluah, pascimaning pande besi.
- Purwaning pande mas, wetaning
luah krotok. Ampura
2.2.2 Identifiksi
Naskah Lontar II
Judul
naskah :
Gaguritan Dewasa
Nomor
naskah : Krop. 378
No. Rt 599
Tempat
penyimpanan naskah : Fakultas Sastra Unud
Asal
naskah : -
Keadaan
naskah : Masih baik
Ukuran
naskah : Panjang 45,5
cm, lebar 3,5 cm
Tebal
naskah : 57
lembar
Huruf,
aksara, tulisan : Bundar
Ukuran
huruf : Sedang
Bentuk
huruf : Bulat
tegak
Cara
penulisan : Pada
lontar pertama judul geguritan kemudian pada lembar lontar kedua baru dimulai
isi lontar, penulisannya ditulis pada kedua sisi lontar. Pada lembar lontar
terakhir terisi hanya satu sisinya saja. Penulisannya terurut dari kiri ke
kanan.
Bahan
naskah : Lontar
Bahasa
naskah : Bahasa
Kawi Bali
Bentuk
teks : Gaguritan
Identitas
pengarang : -
Manfaat naskah : Untuk mengetahui dewasa ayu untuk melakukan
kegiatan atau memulai suatu pekerjaan. Dimana dengan mengetahui hari baik atau
hari buruk dalam memulai suatu kegiatan, nantinya akan bermanfaat bagi
masyarakat untuk memperhitungkan atau mencari dewasa yang baik untuk kegiatan yang akan dimulai. Sehingga
mendatangkan suatu berkah yang diharapkan.
Ringkasan
lontar : Gaguritan
dewasa ini ditembangkan dengan pupuh ginada yang isi lontarnya secara ringkas
adalah sebagai berikut:
Ring ajeng lontar gaguritan dewasa
puniki nyobiahang parindikan pamungkah sane katembangang antuk pupuh ginada.
Yening artos antuk basa bali pamungkah pupuh puniki mateges sekadi:
“mangkin
wenten sekar alit mungguh ring gaguritan
Mawinan
kaungguhang ring gaguritan
Gaguritane
pinaka tutur majeng ring anom-anome
Makarya
gaguritan manut sekadi tutur sane patut
Yan
tan antuk gaguritan nenten idep antuk ngelingang
Ngraine
prasida inget yening sampun anggen gagendingan.”
Nanging daging Lontar geguritan dewasa
puniki maosang indik dewasa ayu rikalaning iraga jagi nyumunin ngambil geginan.
Ring lontar puniki wenten kabaos dina tali wangke. Tali wangke puniki nenten
tios wantah dewasa sane maosang indik iraga nenten kapatutang numbas utawi
makarya tali. Ring lontar puniki dewasa tali wangke puniki kabaosang ring likun
tumpek ya dados masalah, ring wuku landep ring budane mawasta tali wangke, ring
wariga wraspati nyaluk tali wangke, ring wuku kuningan ring sukrane tali
wangke, miwah ring tumpek krulut ke wraspati malih mawali. Ring tumpek uye ka
soma tali wangke, tumpek wayang dados masalah malih ka anggara ipun mangambah.
Wenten taler kabaos dewasa dagdig rana ingih punika dewasa sane nenten becik
rikalaning iraga jagi ngawitin patemon utawi rapat, sajabaning punika wenten
taler kabaos dewasa sadana yoga inggih punika dewasa sane becik yening iraga
pacing ngawitin usaha minakadi madagang.
Lima
kalimat awal :
- Ong awighnamastu namasiwaya
- Puh ginada
- Ada kidung gaguritan, sangkan
nya mungguh ring gurit, baan awak pikun belog, ngrambang dina litat
puntul, entang nyane tuatra jumah, kapa silih makecap lantas ia ilang.
- Jani mangrare nuptupang,
inget-ingetang di hati, ilang nyane bes makelo, kidung baan manuptupang,
kocap dinane kagurit, tumpek landep sasih desta, rah nia sapta tenggek
telu, tanggal ping lima tujunia, kocap neki, mreta masa to adan nya.
- Sada tanggal nya apisan, kasa
tanggal nia ping dasa, ka karo tanggal ping lima, katiga apisan tuju,
kapat tanggal ping molas, kalmia neki, ring panilemnia tujuang.
Lima
kalimat akhir:
- Iki, nga, gaguritan doasa,
druen fakultas sastra udiyana, Denpasar, Badung.
- Puput sinurat ring dina, wra,
ka, mnail.
- Sasih 10
- Isaka
- 1885
2.3 Persamaan dan Perbedaan Naskah
Lontar Gaguritan Dewasa di Pusat Dokumentasi Denpasar Dengan di Fakultas Sastra
Udayana
2.3.1
Persamaan:
-
Sama-sama menceritakan tentang dewasa
(hari baik dan hari buruk untuk memulai suatu kegiatan)
-
Dilihat dari segi bahan sama-sama
terbuat dari daun ntal
-
Dilihat dari bentuknya, kedua lontar
berbentuk gaguritan
-
Bahasa yang digunakan sama-sama bahasa
kawi bali
2.3.2
Perbedaan:
-
Lontar gaguritan dewasa di Pusat
Dokumentasi Denpasar menggunakan pupuh pangkur, sedangkan di Fakultas Sastra
Udayana menggunakan pupuh ginada.
-
Ketebalan lontar geguritan dewasa di Pusat Dokumentasi Denpasar berjumlah 27
lembar dengan panjang lontar 35 cm sedangkan di Fakultas Sastra Udayana 57
lembar, dengan panjang 45,5 cm.
-
Dari segi isinya memang sama-sama
memaparkan tentang hari baik dan buruk (dewasa) akan tetapi kalimat-kalimat
pada lontar yang satu dengan yang lain sangat berbeda, karena kemungkinan kedua
lontar ini merupakan satu bagian tetapi ditulis dengan pupuh yang berbeda.
Dilihat dari kalimat awal saja kedua lontar sudah sangat berbeda, namun pada
intinya kedua lontar membicarakan masalah dewasa.
Jika dilihat dari penulisan aksaranya
banyak penulisan aksara yang kurang tepat. Pada kedua lontar ini banyak sekali
ditemukan penulisan aksara yang penulisannya salah atau tidak sesuai, misalnya
pada lontar Gaguritan Dewasa di Pusat Dokumentasi Denpasar, yaitu sebagai
berikut: Penulisan kata kedas dalam
aksara Balinya ditulis kdas, begitu
pula dengan kata-kata mangetor ditulis mangtor , maketig ditulis
maktig, pelih ditulis plih, telu ditulis
tlu, kakedekin ditulis kakdekin,
teken ditulis tken, keneh ditulis kneh, astiti ditulis asatiti.
Dan masih banyak lagi kesalahan-kesalahan yang serupa ditemui di dalam
penulisan lontar tersebut. Begitu pula halnya dengan penulisan lontar di
Fakultas Sastra Udayana, misalnya kata kanem
ditulis knem
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Lontar Gaguritan Dewasa pada intinya
menjelaskan ala ayuning dewasa atau yang lebih dikenal dengan sebutan hari baik
dan buruk untuk membuat suatu benda atau memulai suatu kegiatan. Lontar
Gaguritan Dewasa ini sebenarnya dapat dikaitkan dengan sistem wariga di Bali yang
digunakan sebagai pedoman untuk mencari hari baik untuk melakukan suatu
pekerjaan guna mencapai kesempurnaan hidup lahir dan bathin sebagai tujuan
hidup dan agama Hindu.
Lampiran
Foto Lontar di Pusat Dokumentasi Denpasar


Foto Lontar di Fakultas Universitas
Udayana

Tidak ada komentar:
Posting Komentar